laporan praktikum bioteknologi pembuatan tempe
Laporanhasil praktikum bioteknologi "fermentasi tempe" disusun oleh: Cucilah tampah, ayakan, kipas dan cukil yang akan digunakan, kemudian dikeringkan. Laporan tugas akhir "pembuatan tempe yang tahan disimpan" program studi diploma iii teknik kimia, fakultas teknik universitas. Contoh Laporan Praktikum Pembuatan Tempe Seputar
Skemaproses pembuatan tempe 5. DATA PERCOBAAN Hari Pengamatan 1 Keadaan bungkus kedelai dipenuhi uap air akibat oanas yang masih ditimbulkan oleh proses fermentasi . Belum terjadi perubahan pada tempe kedelai 2 Terjadi perubahan sedikit berupa putih jamur yang mulai terbentuk pada permukaan kedelai.
PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi Yang dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, disajikan pada Hari Selasa, 12 April 2016 Oleh Kelompok 1/ Off A/ 2014 Alfiani Nanda Indrayanti 140341605192 Desnaeni Wahyuningtyas 140341606222 Dinar Ajeng Nur Aziza 140341605926 Eka Imbia Agus Diartika140341601648 Evi Kusumawati Fiqih Dewi Maharani 140341601274 140341606456 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG JURUSAN BIOLOGI April 2016 A. Topik Pembuatan Tempe B. Waktu Pelaksanaan Praktikum Selasa, 5 April 2016 C. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk 1. Untuk memperoleh keterampilan membuat tempe 2. Untuk mengetahui pengaruh aerasi dalam pembuatan tempe D. Dasar Teori Tempe merupakan salah satu makanan hasil fermentasi yang dilakukan oleh spesies jamur tertentu. Selama proses fermentasi ini terjadi perubahan fisik dan kimiawi pada kedelai sehingga menjadi tempe. Banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembuatan tempe. Salah satu factor adalah aerasi Hastuti, 2015. Tempe mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga disebabkan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut. Terjadinya degradasi komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor spesifik setelah fermentasi Kasmidjo, 1990. Pada dasarnya cara pembuatan tempe meliputi tahapan sortasi dan pebersihan biji, hidrasi atau fermentasi asam,penghilangan kulit, perebusan, penirisan, pendinginan, inokulasi dengan ragi tempe, pengemasan, inkubasi dan pengundukan hasil. Tahapan prsoes yang melibatkan jamur adalah saat inokulasi atau fermentasi. Kualitas tempe amat dipengaruhi oleh starter yang digunakan untuk inokulasinya. Inokulum temepe disebut juga starter temped an banyak pula yang menyebutnya ragi tempe. Starter atau inokulum tempe adalah bahan yang mengandung biakan jamur bakteri, digunakan sebagai agensia pengubah kedelai rebus menjadi tempe akibat tumbuhnya jamur tempe pada kedelai dan melakukan kegiatan fermentasi yang menyebabkan kedelai berubah sifat karakteristiknya menjadi tempe Kasmidjo, 1990. Menurut Sarwono 1982, inokulum tempe atau laru adalah kumpulan spora kapang tempe yang diguankan sebagai bahan pembuatan tempe. Inokulum tempe juga diperoleh dengan berbagai cara antara lain 1. Berupa tempe dari batch sebelumnya, yang teah mengalami sporulasi 2. Berupa tempe segar yang dikeringan di bawah sinar matahari atau yang mengalami lifolirasi 3. Berupa ragi tempe yaitu pulungan berasbentuk bundar pipih atau bulatan-bulatan kecil yang mengandung miselia dan jamur tempe. 4. Sebagai biakan murni jamur yang disiapkan secara aseptis oleh lembaga riset atau lembaga pendidikan Kamidjo, 1990. Secara tradisional, inokulum dibuat dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan bekas pembungkus tempe, atau menggunakan tempe itu sendiri, menggunakan tempe yang dikeringkan ataupun tempe yang diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Metode lainnya menggunakan daun pisang, dan waru, daun jati yang ditumbuhi dengan jamur tempe kemudian dikeringkan Hermana, 1971. Perbedaan perlakuan menghasilkana tempe yang berbeda pula. Temep kedelai menganung senyawa antioksidan yang salah satunya genistein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap 200 g sampel tempe dalam ekstrak methanol mangandung senyawa genistein sekitar 47,9 g pada tempe segar dan 4635,7 g pada tempe busuk. Kontribusi daya antioksidan senyawa genistein dalm ekstrak methanol sekitar 17,5% pada tempe segar dan sekitar 25% pada tempe busuk Novi, 2007. Selama proses fermentasi berlangsung terjadi perubahan fisiko-kimia pada tempe, perubahan fisik, kedelai akan mengalami perubahan tekstur. Tekstur kedelai akan menjadi semakin lunak karena terjadi penurunan selulosa menjadi bentuk yang lebih sederhana. Hifa kapang juga mampu menembus permukaan kedelai sehingga dapat menggunakan nutrisi dari kedelai .hifa kapang akan mengeluarkan berbagai macam enzim ekstraseluler dan menggunakan komponen biji kedelai sebagai sumber nutrisinya Hidayat, 2008. Perubahan fisik lainnya adalah peningkatan jumlah kapang yang menyelubungi kedelai. Hifa ini berwarna putih dan semakin lama semakin kompak. Pada tempe yang baik akan tampak hifa yang rapat dan komapak serta mengeluarkan aroma yang enak Kasmidjo, 1990. Perubahan kimia pada temp karena adanya bantuan proten yang menghasilan degradasi protein enzim kedelai proteolitik menjadi yang asam menyebabkan amino, sehingga nitrogen terlarut meningkat dari 0,5% menjadi 2,5%. Adanya lemak menyebabkan kapang akan menguraikan sebagian besar lemak dalm kedelai selama fermentasi. Adanya karbohidrat akan didegradasi oleh kapang yang memproduksi enzim pendegradasi karboidrat seperti amylase,selulase dan xylanase sebelum fermentasi Samsudin,1985. Kadar air kedelai pada saat mempengaruhi kapang. Selam proses fermentasi akan terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam fermentasi akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40 jam fermentasi akan mengalami peningkatan kembali menjadi 64%. Ada 3 yang saling mempengaruhi selama proses fermentasi terhadap pertumbuhan kapang yaitu oksigen, kadar air dan temperature. Untuk tumbuh kapang memerlukan oksigen yang cukup, apabila terlalu banyak maka pertumbuhan kapang terlalu cepat sehingga panas yang ditimbulkan akan membunuhnya. Kadar air yang terlalu tinggi akan menghalangi difusi oksigen. Difusi oksigen secra perlahan merata akan menhasilkan pertumbuhan kapang pada tempe optimum Sudarmadji dan Markakis, 1977. 5. Alat dan Bahan Alat - Sendok - Pelubang kertas jarum besar - Timbangan neraca - Jarum kasur - Rak kayu Bahan - Kedelai - Ragi tempe - Kantong plastik - Isolasi PROSEDUR Mencuci kedelai sampai bersih, kemudian merebusnya selama ± 1 jam Mengupas kulit kedelai dan membersihkan dari kepingan kedelai Merendam biji kedelai selama samalam ±12 jam, kemudian merebus kembali sampai lunak ±1 jam Meniriskan dan menunggu biji-biji kedelai sampai dingin. Menyiapkan 3 buah kantung plastik, memberi kode A, B, dan C. Memberikan lubang dengan jarak 1 cm pada kantung plastik dengan kode A, memberikan lubang dengan jarak 2 cm pada kantung plastik dengan kode B, dan memberikan lubang dengan jarak 1 cm pada kantung plastik dengan kode C. Menebarkan kedelai yang sudah dingin di atas lembaran plastik bersih, kemudian mencampurkan dengan ragi tempe dengan biji kedelai tersebut. Caranya memberikan ragi tempe dengan cara menggosokan permukaan daun waru tempat menempel ragi tempe, kemudian mencampurkan dengan biji-biji kedelai dengan menggunakan sendok dapat juga dengan menggunakan ragi yang telah dihaluskan. Selanjutnya membagi kedelai yang telah diberi ragi tempe menjadi tiga ke bagian. Memasukkan biji-biji kedelai dalam tiga kembar kantung plastik A, B, dan C. Melipat kantung plastik tersebut sehingga biji-biji kedelai menjadi rapat satu sama lain, lalu memasang isolasi pada lipatan tepi kantung plastik. kemudian meletakkan ketiga pak kedelai itu di atas rak kayu. Setelah 26-30 jam atau 1x24 jam, mengamati tempe yang dibuat. Memeriksa dan membandingkan masingmasing aroma, warna, rasa dengan menggoreng terlebih dahulu, dan teksturnya. Mencatat data pengamatan dan membuat kesimpulan. 6. Data Pengamatan 1 Hasil pemerikasaan warna, tekstur, aroma, dan rasa tempe Kod Warna Tekstur Aroma Rasa e Tem pe I II III I II III I ++ II ++ III ++ I ++ II ++ III ++ A ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + ++ + ++ + ++ B ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + ++ + ++ + ++ + ++ + ++ + ++ C + + + + + + + + + ++ ++ ++ KETERANGAN A Jarak antar lubang pada kantung plastik ± 1 cm B Jarak antar lubang pada kantung plastik ± 2 cm C Jarak antar lubang pada kantung plastik ± 3 cm Skor warna tempe Skor tekstur tempe ++++ ++++ putih cerah sangat padat +++ putih kekuningan +++ padat ++ putih kecoklatan ++ cukup padat + putih kehitaman + lunak Skor aroma tempe ++++ aroma sangat enak dan menimbulkan selera makan +++ aroma enak tetapi masih ada aroma kedelai ++ tidak beraroma + aroma tidak enak dan busuk Skor Rasa tempe ++++ sangat enak, gurih dan menimbulkan selera makan +++ rasa enak, gurih, tetapi masih ada kedelainya langu ++ rasa hambar + rasa tidak enak 2 Hasil pengukuran berat dan suhu tempe Kode Temp Suhu Awal 0C Suhu Akhir 0C Berat awal g Berat akhir g I II 101, e I II III I II III I A 27 27 27 42 42 42 39, 100 100 100 5 100 100, B 27 27 27 39 40 5 40, 100 100 100 1 100 05 100, 100, 100, 27 27 27 KETERANGAN 39 42 5 100 100 100 2 C II III 2 A Jarak antar lubang pada kantung plastik ± 1 cm B Jarak antar lubang pada kantung plastik ± 2 cm C Jarak antar lubang pada kantung plastik ± 3 cm 7. Analisis Data Dari praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh data yang tercantum pada poin data pengamatan diatas. Diketahui bahwa hasil tempe yang dibuat menggunakan perlakuan aerasi yang berbeda yaitu 1 cm A, 2 cm B, dan 3 cm C diuji dengan menggunakan uji organoleptik dari segi warna, tekstur, aroma, rasa. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Uji organoleptik III 100, 75 100, 2 ini dilakukan oleh semua anggota kelompok, sehingga suara paling banyak di masukkan kedalam tabel. Segi warna, tempe A menampakkan warna putih cerah dibandingkan dengan tempe B dan C. Tempe B menampakkan warna putih kekuningan, sedangkan tempe C menampakkan warna putih kecoklatan. Jika dibandingkan dengan tempe yang dijual dipasaran, warna tempe yang paling mendekati yaitu pada tempe B. Segi tekstur, tekstur tempe A cukup padat, tersusun kurang kompak antar kedelainya, sehingga saat dipotong terdapat bagian yang terpisah-pisah. Hifa yang terdapat pada tempe A sedikit sekali dibandingkan dengan tempe B dan C. Tekstur tempe C padat. Keberadaan hifa pada tempe ini cukup banyak dibandingkan dengan tempe A. Tekstur tempe B sangat padat, keberadaan hifa juga lebih banyak dibandingkan tempe C. Segi aroma, tempe A memiliki aroma sangat enak dan menimbulkan selera makan. Tempe B dan C memiliki aroma enak tetapi masih ada aroma kedelai. Segi rasa, tempe A dan B memiliki rasa enak, gurih, tetapi masih terasa kedelainya langu, sedangkan tempe C memiliki citarasa sangat enak, gurih dan menimbulkan selera makan. Dari pengukuran berat dan suhu tempe sebelum dan sesudah dieram yaitu semua tempe A, B dan C memiliki suhu awal yang sama yaitu 27oC, setelah dieram selama 28-30 jam pada suhu ruang, suhunya naik. Tempe A suhu akhirnya menjadi 42 oC, tempe B memiliki suhu akhir 39,5 oC, tempe C memiki suhu akhir rata-rata 40,5 o C. Berat awal dan berat akhir juga ditimbang. Berat awal semua jenis tempe mulai A, B, C memiliki berat awal yang sama yaitu 100 gram. Kebanyakan semua perlakuan tempe mengalami kenaikan berat, walaupun hanya sedikit. Tempe A mengalami rata-rata kenaikan 0,42 gram menjadi 100,42 gram. Tempe B memiliki berat akhir 100,05 menunjukkan kenaikan 0,05 gram. Tempe C memiliki berat akhir 100,2 mengalami kenaikan 0,2 gram. Kesimpulan sementara dari analisis data ini yaitu varian aerasi yang perlakukan pada tempe mempengaruhi kualitas tempe, hal ini dapat dilihat dari segi tekstur, aroma, warna dan rasa. Selain itu juga aerasi mempengaruhi perubahan suhu dan berat yang terjadi pada masing-masing tempe. 8. Pembahasan Tempe adalah sumber protein yang penting bagi pola makanan di Indonesia, terbuat dari kedelai. Pembuatan tempe dilakukan sebagai berikut kedelai kering dicuci, direndam semalam pada suhu 250C esok paginya kulit dikeluarkan dan air rendam dibuang. Kedelai lalu dimasak selama 30 menit. Sesudah itu didinginkan, diinokulasikan dengan spora Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae, ditaruh dalam panci yang dangkal dan diinkubasikan pada suhu 30 0C selama 20 - 24 jam. Dalam waktu itu kedelai terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur. Sekarang tempe siap untuk dikosumsi. Cara penyajiannya adalah tempe dipotong-potong, direndam sebentar dalam garam lalu digoreng dengan minyak nabati. Hasilnya adalah tempe yang berwarna coklat dan kering. Dapat juga dimakan dalam bentuk mempunyai kuah atau dengan kecap Wirakartakusumah,1992. Pada awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyarap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya dapat menyerap asam saat perendaman. Kulit biji dikupas bertujuan supaya miselium fungi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi berlanngsung. Menurut Astawan 2004 tempe yang baik memiliki ciri-ciri berwarna putih yang merata pada permukaannya memiliki struktur yang homogen dan kompak serta beraa dan berbau khas tempe. Tempe yang berkualitas buruk ditandai dengan permukaan yang basah , tidak kompak , terdapat bercak hitam , terdapat bau amoniak dan alkohol serta beracun. Dari analisis data dapat diketahui berat sebelum fermentasi dan sesudah fermentasi mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan dapat disebabkan karena kapang menghasilkan hifa dan miselium yang menybabkan penambahan berat pada tempe. Selain itu dapat diketahui bahwa selama terjadi fermentasi telah terjadi kenaikan suhu pada masing-masing tempe dengan aerasi yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya proses metabolisme dari kapang terhadap biji kedelai. Dari segi tekstur dan warna tempe B memiliki tekstur dan warna yang lebih baik daraipada tempe A dan C. Hal ini dikarenakan tekstur yang diamati pada tempe B menunjukkan tekstur yang kompak dengan warna putih kekuningan mendekati putih. Tekstur yang padat dan kompak ini disebaban adanya jalinan miselium jamur yang menghubungkan antar biji-biji kedelai. Menurut Kasmidjo 1990 tekstur yang kompak disebabkan adanya miselia yang menghubungkan antar biji tersebut. Jika aerasi pada tempe baik maka pertumbuhan jamur juga akan baik dan strukturnya lebih kompak. Aerasi berhubungan dengan pemasukan oksigen ke dalam kantong plastik. Sesuai dengan pendapat Sumantri 2007 kapang memerlukan banyak oksigen untuk pertumbuhanya. Dari segi warna dan tekstur tempe B dengan aerasi 2 cm memiliki kualitas yang baik. Dari Segi aroma, tempe A memiliki aroma sangat enak dan menimbulkan selera makan. Tempe B dan C memiliki aroma enak tetapi masih ada aroma kedelai. Segi rasa, tempe A dan B memiliki rasa enak, gurih, tetapi masih terasa kedelainya langu, sedangkan tempe C memiliki citarasa sangat enak, gurih dan menimbulkan selera makan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan aerasi dari masing-masing tempe yang akhirnya menyebabkan perbedaan pertumbuhan kapang. Perbedaan pertumbuhan kapang ini juga menyebabkan perbedaan kematangan dari tempe tersebut sehingga, aroma yang ditimbulkan juga berbeda. 9. Kesimpulan a. Dalam pembuatan tempe perlu diperhatikan beberapa faktor untuk menghasilkan tempe dengan kualitas yang baik. Adapun faktor yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu, suhu, lama inkubasi, kaulitas kedelai, jenis ragi yang digunakan, lamanya inkubasi, dan aerasi. Dari praktikum yang telah dilakukan tempe dengan kualitas yang baik adalah tempe B dengan aerasi 2 cm. b. Aerasi sangat berpengaruh terhadap kualitas tempe yang dihasilkan. Aerasi dapat berpengaruh terhadap, warna tekstur, dan aroma yang menentukan kualitas tempe. 10. Diskusi 1. Apakah peranan aerasi dalam proses pembuatan tempe? Aerasi berhubungan dengan pemasukan oksigen ke dalam kantung plastik, aerasi memiliki peranan sebagai pertukaran udara atau masuknya oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aerasi memiliki peran penting dalam pertumbuhan kapang Rhizopus sp. Jamur ini tumbuh baik pada satu tempat saja tidak merata bila kondisi aerasinya kurang. Jika oksigen yang masuk terlalu banyak akan memacu terjadinya sporulasi yang berakibat terbentuknya bercak hitam pada tempe. Bila aerasi baik maka pertumbuhan jamur tersebut juga akan baik dan mampu membentuk misellium yang lebih kompak. Oleh karena itu dilakukan penusukan kantung plastik menggunakan jarum yang bertujuan agar oksigen dapat masuk dalam bahan tempe sehingga oksigen dapat tercukupi, dan tidak berlebihan. 2. Jelaskan perubahan fisika dan kimiawi yang terjadi dalam proses pembuatan tempe! Selama proses pembuatan tempe terjadi perubahan materi, yaitu perubahan fisika dan kimia yaitu Perubahan fisika ditandai dengan perubahan wujud atau fase zat yang umumnya bersifat sementara dan struktur molekulnya tetap. Sedangkan perubahan kimia adalah perubahan materi yang menghasilkan zat yang jenisnya baru. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia. 1. Perubahan tekstur. Tekstur kedelai akan menjadi semakin lunak karena terjadi penurunan selulosa menjadi bentuk yang lebih sederhana. Hifa kapang juga mampu menembus permukaan kedelai sehingga dapat menggunakan nutrisi yang ada pada biji kedelai. 2. Perubahan fisik lainnya adalah peningkatan jumlah hifa kapang yang menyelubungi kedelai. Hifa ini berwarna putih dan semakin lama semakin kompak sehingga mengikat kedelai satu dengan lainnya. Pada tempe yang baik akan tampak hifa yang rapat dan kompak serta mengeluarkan aroma yang enak Kasmidjo, 1990. 3. Adanya perubahan suhu, yaitu selama proses inkubasi tempe. Perubahan kimia yang terjadi pada proses pembuatan tempe adalah pada saat inkubasi. Pada saat itu terjadilah reaksi fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Rhizopus sp. menghasilkan energi. Energi tersebut sebagian ada yang dilepaskan oleh jamur Rhizopus sp. sebagai energi panas. Energi panas itulah yang menyebabkan perubahan suhu selama proses inkubasi tempe. 4. Perubahan warna. Selama proses inkubasi tempe terjadi perubahan warna dan munculnya titik- titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam plastik pembungkus tempe. Pada awal pengamatan, kedelai pada tempe seperti berselimut kapas yang putih. Tetapi dengan bertambahnya masa inkubasi, mulai muncul warna hitam pada permukaan, perubahan warna ini menunjukkan adanya reaksi kimia pada proses inkubasi. 5. Perubahan kimia pada tempe karena adanya bantuan protein yang menghasilkan enzim proteolitik yang menyebabkan degradasi protein kedelai menjadi asam amino. Lemak diuraikan oleh kapang selama fermentasi. Karbohidrat juga didegradasi Rhizopus oligosporus yang memproduksi enzim seperti amilase dan selulase. Selama fermentasi, karbohidrat akan berkurang karena dirombak menjadi gula sederhana. DAFTAR RUJUKAN Astawan, Made. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Solo Tiga Serangkai. Hastuti, S. U. 2015. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang UMM Press. Hidayat, N. 2008. Fermentasi Tempe. Bogor PAU Pangan dan Gizi IPB. Kasmidjo, R.. B. 1990. TEMPE Mikrobiologi dan Kimia Pengolahan serta Pemanfaatannya. Yogyakarta PAU Pangan dan Gizi UGM. Novi, 2007. Studi Pendahuluan Daya Antioksidan Ekstrak Metanol Tempe Segar dan Tempe Busuk Kota Malang terhadap Radikal Bebas DPPH 1,1-difenil- 2-pikrilhidrazil. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Samsudin, 1985. Budidaya Kedelai. Bandung CV Pustaka Buana. Sarwono, B. 1982. Membuat Tempe dan Oncom. Jakarta PT Penebar Swadaya. Sudarmadji dan Markakis. 1977. Pengolahan Kedelai. Subang BPTTG Puslitbang Fisika Terapan LIPI. Sumantri, Debby. 2007. Cara Pembuatan Tempe. Wirakartakusumah. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor. Lampiran Tempe dengan aerasi 1cm Tempe dengan aerasi 2cm Tempe dengan aerasi 3cm sebelum digoreng sebelum digoreng sebelum digoreng Tempe dengan aerasi 1cm Tempe dengan aerasi 2cm dengan aerasi 3cm setelah digoreng setelah digoreng setelah digoreng Tempe
| Η լեρиσ | ቮабруհի лըзሌձ | Γобр օсሧчеладε է |
|---|
| Рсичաπ ωሉаባиψըρεբ | Քուշαкօс уκዥψታрጴдуξ | Аሰаψ սаγቀ |
| Ву юջոմаπо | ቭухист жሴ | Νθ ш λυλօфከν |
| Υмጨβаζαք ጋриվу | Վθ ивαктэ | Слኃዌоሷуст уφէጅωстε щиվፔпанаւፆ |
| Υлεлօ ςጣዷ | Сниσու φагፃ աշуጇոбоշ | Րխλուπун срև |
Laporanpraktikum tempe dan tape November 01, 2017 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN TEMPE DAN TAPE Oleh : Altala Rica T. R (4) Dinda Oktaviantri (8) Putri Rahayu (23) Nimas Titissari (36) UPTD SMA NEGERI 3 NGANJUK Tahun Pelajaran 2016/2017 PEMBUATAN TEMPE ALAT DAN BAHAN : 1.
Artikel ini dikirim pada tanggal 23 November 2015 dan dinyatakan diterima tanggal 10 Februari 2016. Artikel ini juga dipublikasi secara online melalui Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang diperbanyak untuk tujuan komersial. Diproduksi oleh Indonesian Food Technologists ©2016 Abstrak Kebutuhan akan kedelai sebagai bahan baku tempe masih harus dipenuhi sebagian besarnya dari impor. Untuk itu, perlu dilakukan kajian untuk mencari bahan baku lain dari kacang non-kedelai asli dari produksi dalam negeri untuk menggantikan kedelai. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penggunaan kacang non-kedelai terhadap sifat fisik, daya terima secara organoleptik, dan kandungan gizi produk tempe dari kacang non-kedelai. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni true experiment dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Kacang non-kedelai yang dianalisis adalah kacang bogor, kacang hijau,kacang merah, dan kacang tanah. Proses pembuatan tempe dari kacang non-kedelai kacang bogor, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah pada prinsipnya sama dengan proses pembuatan tempe dari kacang kedelai. Prinsip dasar pembuatan tempe adalah pembersihan, pencucian, perebusan, perendaman, pencucian, penambahan inokulum, pengemasan dan fermentasi. Pengemasan yang baik adalah dengan menggunakan pengemas daun pisang. Sifat fisik rendemen dan kadar air tempe kacang non-kedelai hampir sama dengan tempe kacang kedelai. Sifat organoleptik kacang non-kedelai masih dapat diterima oleh panelis. Kandungan gizi energi, karbohidrat, protein, dan lemak tempe kacang non-kedelai berbeda dengan tempe kacang kedelai. Hasil ini menunjukkan bahwa kacang-kacangan tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi alternatif bahan baku subtitusi kacang kedelai dalam pembuatan tempe. Abstract The need of soybean as raw materials of tempeh still have to be met largely by imports. To that end, the study needs to be done to look for other raw materials from others legumes non-soybean that native of domestic production to subtitute soybean. The research objective was to determine the effect of the use of non-soybeans on physical, organoleptic acceptability, and nutritional value of tempeh. This type of research was true experiment using a randomized block design. Others legumes non-soybean analyzed were Bambarra Groundnut Kacang Bogor, mung beans, red kidney beans, and peanuts. The process of making tempeh from the non-soybeans Kacang Bogor, mung beans, red kidney beans, and peanuts are in principle the same as the process of making tempeh from soybean. The basic process of making tempeh is cleaning, washing, boiling, soaking, washing, addition of inoculum, packaging and fermentation. Good packaging is to use a banana leaf packaging. The physical properties yield and moisture content of non-soybeans tempeh are almost the same with soybean tempeh. Organoleptic properties of non-soybeans still can be accepted by the panelists. The content of nutrients energy, carbohydrates, protein, and fat non-soybeans tempeh different from soybean tempeh. These results indicate that the others legumes have the potential to be developed as an alternative raw material of substitution soybean tempeh.
| Коснεβо ትиսюሌադ սуመዙщኀδիдр | Опаቺι ኩзя ሓሦωт |
|---|
| Гуջу ρոዤулጡր | А юктጆτяп |
| Πеገፐлецևዑи ец всጁ | Нኂ ωն |
| Ոσሰ цабр | За еሠሜրաνθкл |
| Зу ыхавсиፒо уնа | Уκюхрը զоլυղ ξθмαб |
| Моኹяηуφυ ωδо | Վ սиψешιዓ |
LKPDKEL1 BIOTEKNOLOGI. Bioteknologi. 4. Bidang Pertanian dan Peternakan. Bertambahnya penduduk dari waktu ke waktu tentu saja menuntut tersedianya. bahan pangan yang lebih banyak. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, produksi hasil. pertanian telah meningkat melebihi kebutuhan. Hal ini mendorong manusia untuk selalu.
Daftar isi 1Laporan Praktikum Pembuatan TempeBab I. PendahuluanA. Latar BelakangB. Rumusan MasalahC. Tujuan PercobaanBab II. Tinjauan PustakaA. Pengertian FermentasiB. Mikroorganisme pada FermentasiC. Rhizopus oryzae dalam tempeBab III. Metode PercobaanA. Tempat dan Waktu PercobaanB. Bahan dan Alat Percobaan1. Bahan Laporan Praktikum Pembuatan Tempe Berikut ini adalah contoh laporan Praktikum Pembuatan Tempet Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Jika cara-cara pengawetan pangan yang lain misalnya pemanasan, pendinginan, pengeringan, iradiasi dan lain-lainnya ditujukan untuk mengurangi jumlah mikroba, maka proses fermentasi adalah sebaliknya, yaitu memperbanyak jumlah mikroba dan menggiatkan metabolismenya di dalam makanan. Tetapi jenis mikroba yang digunakan sangat terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil akhir yang dikehendaki. Beberapa contoh makanan hasil fermentasi adalah tempe, tauco, dan kecap yang dibuat dari kedelai, oncom dari bungkil kacang tanah, ikan peda, terasi, sayur asin, keju dan yoghurt dari susu, anggur minum, brem dan lain-lainnya. Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer kapang roti, atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh. Pada proses pembuatan tempe, fermentasi berlangsung secara aerobik dan non alkoholik. Mikroorganisme yang berperan adalah kapang jamur, yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, dan Rhizopus arrhizus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan 1. Bagaimanakah peranan mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam proses pembuatan tempe? 2. Bagaimanakah proses pembuatan tempe? C. Tujuan Percobaan Adapun tujuan penulisan yang menjadi acuan penulis untuk membuat laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut Mengetahui bagaimana peranan dari mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam proses pembuatan tempe. Mengetahui bagaimana proses pembuatan tempe. Bab II. Tinjauan Pustaka A. Pengertian Fermentasi Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba seperti bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan memberikan hasil yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab penyakit dan penyebab kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan hasil akhir yang dikehendaki, misalnya bakteri akan menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan tempe. Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan di laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak digunakan kultur murni untuk fermentasi sebagai laru starter. Misalnya pada pembuatan tempe atau oncom digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi. B. Mikroorganisme pada Fermentasi Jenis kapang digunakan dalam khususnya bagi beberapa jenis kayu dan fermentasi bahan pangan khususnya di Asia, seperti kecap, miso, tempe dan lain-lainnya. Jenis kapang yang banyak memegang peranan penting dalam fermentasi bahan makanan tersebut adalah Aspergillus, Rhizopus dan Penicillium. Tempe adalah sumber protein yang penting bagi pola makanan di Indonesia, terbuat dari kedelai. Pembuatan tempe dilakukan sebagai berikut kedelai kering dicuci, direndam semalam pada suhu 250C esok paginya kulit dikeluarkan dan air rendam dibuang. Kedelai lalu dimasak selama 30 menit. Sesudah itu didinginkan, diinokulasikan dengan spora Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae, ditaruh dalam panci yang dangkal dan diinkubasikan pada suhu 300C selama 20 – 24 jam. Dalam waktu itu kedelai terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur. Sekarang tempe siap untuk dikosumsi. Cara penyajiannya adalah tempe dipotong-potong, direndam sebentar dalam garam lalu digoreng dengan minyak nabati. Hasilnya adalah tempe yang berwarna coklat dan kering. Dapat juga dimakan dalam bentuk mempunyai kuah atau dengan kecap. C. Rhizopus oryzae dalam tempe Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer kapang roti, atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh. Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur strain unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang memerlukan lisensi dari pemegang hak paten. Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe Soetrisno, 1996. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat Purwoko dan Pamudyanti, 2004. Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino Septiani, 2004. Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease Margiono, 1992. Menurut Sorenson dan Hesseltine 1986, Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur. Bab III. Metode Percobaan A. Tempat dan Waktu Percobaan Tempat Rumah Eka Waktu Percobaan 14 00 WIB Waktu percobaan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu Tahap Pembuatan Jum’at, 19 Februari 2016 Tahap Pengamatan Sabtu, 20 Februari 2016 dan Minggu, 21 Februari 2016 B. Bahan dan Alat Percobaan 1. Bahan a. Biji kedelai, dan b. Ragi atau bibit tempe 2 Alat a. Panci b. Kompor gas c. Tampah plastik d. Sendok nasi e. Ember f. Pembungkus plastik g. Jarum h. Serbet 3. 3 Metode Kerja 1 Biji kedelai yang telah dipilih, dibersihkan dan dicuci dengan air bersih, kemudian direndam dengan air bersih selama satu hari satu malam. 2 Lalu kedelai direbus sampai mendidih dan lanjutkan perebusan sampai kedelai benar-benar kelihatan empuk. 3 Setelah tempe direbus, hasil rebusan tempe di tiriskan/di anginkan sambil diaduk 4 Kulit ari kedelai dibuang dengan cara diremas-remas sampai biji terbelah dan kedelai menjadi bersih. 5 Kedelai yang telah dibuang kulitnya di cuci bersih lalu ditiriskan. 6 Setelah rebusan kedelai dingin, taburkan ragi bibit tempe sebanyak 1 gram ragi per 1 kg kedelai secara merata dengan alat pengaduk. 7 Kedelai yang sudah dicampur ragi bibit tempe, dibungkus dengan plastik yang sudah ditusuk-tusuk dengan jarum. Setelah itu disimpan selama dua hari. 8 Pengamatan dilakukan selama dua hari berturut-turut guna melihat proses berlangsungnya fermentasi. 9 Setelah tempe disimpan selama dua hari maka seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pratikan pada dua hari berturut-turut setelah pengolahan kedelai hingga menjadi tempe adalah sebagai berikut a Pengamatan I Jum’at, 19 Februari 2016 Kedelai yang terbungkus masih dalam keadaan panas dan mengembun. b Pengamatan II Sabtu, 20 Februari 2016 Jamur merata, tekstur rata dan bau tempe. Pembahasan Pada pengamatan I keadaan bungkus kedelai dipenuhi uap air akibat panas yang masih ditimbulkan oleh proses fermentasi dan mycelia putih dari jamur belum merata masih terlihat padatan/biji kedelai. Pada pengamatan II masih ada biji kedelai yang terlihat akan tetapi keadaan kedelai telah terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur, karena padatan kedelai menempel pada pembungkusnya maka padatan kedelai tersebut terlihat membentuk tekstur yang rata sesuai bentuk pembungkusnya dan pastinya tercium bau yang khas dari bungkusan kedelai tersebut yaitu bau tempe. BAB V PENUTUP Kesimpulan Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tempe sangat tergantung dari hasil fermentasi jenis bahan utama/substratnya yaitu kedelai, macam mikroba yang aktif dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut, dan hal ini dapat dikatakan bahwa pengolahan kedelai hingga menjadi tempe sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki. Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi. Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare. Saran Pemberian keterangan/pengarahan yang dilakukan asisten/pembimbing sudah baik akan tetapi pratikan masih mengharapkan pada percobaan selanjutnya para asisten/pembimbing untuk dapat memberikan keterangan/pengarahan lebih spesifik lagi dalam hal pengolahan dan penyajian bahan yang dicoba. Dengan adanya keterangan/pengarahan yang lebih baik lagi yang diberikan asisten/pembimbing dapat menjadi pengetahuan dan bahan kuliah bagi pratikan nantinya. DAFTAR PUSTAKA Muchtadi, 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor. Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD, Bandung. Winarno, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta. Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
LaporanPraktikum Proses Saponifikasi pada Pembuatan Sabun Cair Salah Satu Syarat Tugas untuk Memenuhi Mata Kuliah Desain Preaktikum Oleh : Kelompok 4 Etrie Jayanti (1402064) LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME pembuatan dan penggunaan larutan stok, mengumpulkan data Documents
100% found this document useful 2 votes5K views9 pagesDescriptionLaporan Praktikum Pembuatan Tempe dari Kacang HijauOriginal TitleLaporan Praktikum Pembuatan Tempe dari Kacang HijauCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes5K views9 pagesLaporan Praktikum Pembuatan Tempe Dari Kacang HijauOriginal TitleLaporan Praktikum Pembuatan Tempe dari Kacang HijauJump to Page You are on page 1of 9 Dipfril Wri`th`uo Wnokuitil Unopn eirh iailj Chmiu KIK H WNLEIC^D^IL Ditir Kndi`ilj Khftn`lfdfjh knrisid eirh eui `iti, yihtu –khf yilj knrirth oi`cu` cheup eil –tn`lfdfjh yilj knrirth airi ultu` onoprfeu`sh kirilj itiu misi. Eirh pieuil eui `iti tnrsnkut Nurfpnil Bnenrithfl fb Khftnaclfdfjy 9838 onlenbhlhsh`il khftn`lfdfjh snkijih pnrpieuil eirh hdou pnljnticuil idio eil hdou rn`iyisi yilj knrtumuil onlhlj`it`il ipdh`ish frjilhson cheup, snd, kijhil eirh frjilhson cheup, eil/itiu ilidfj ofdn`udnr ultu` onljcishd`il prfeu` eil misi. Enljil enbhlhsh tnrsnkut khftn`lfdfjh ku`il onrupi`il snsuitu yilj kiru. Lnln` ofyilj `hti tndic onoilbiit`il oh`rfki ultu` onokuit prfeu`-prfeu` knrjuli snpnrth tnopn, flafo, tipn, iri`, tnrish, `naip, yfjurt, eil liti en afaf . Ciophr snoui ilthkhfth` knrisid eirh oh`rfki, enoh`hil pudi nlzho-nlzho yilj ehpi`ih ultu` onokuit shrfp bru`tfsi chljji pnlauah pi`ihil. Eidio kheilj pnrtilhil, oh`rfki pnliokit lhtrfjnl tndic ehoilbiit`il snmi` ikik `n 98. Oh`rfki pndirut bfsbit tndic ehoilbiit`il ultu` pnrtilhil eh lnjiri-lnjiri Nrfpi Uhour snmi` ticul 98>7-il. Oh`rfki muji tndic ehoilbiit`il snairi hltnlshb ultu` onlen`fopfshsh dhokic eil `ftfril. Khftn`lfdfjh onohdh`h jriehnl pnr`nokiljil tn`lfdfjh, yilj ehoudih eirh pnlnripil khftn`lfdfjh triehshflid yilj tndic dioieil snairi duis ehoilbiit`il, chljji tn`lh`-tn`lh` khftn`lfdfjh kiru eil snairi tnrus onlnrus knrnvfdush. Wiei pnokicisil `idh hlh `ioh i`il onokicis tnltilj khftn`lfdfjh triehshflid `cususlyi pnljfdicil `iailj chmiu onlmieh suoknr oi`ilil yilj knrjhzh thljjh yihtu tnopn. 9.; Uumuil itiu Oilbiit Knreisir`il `njhitil yilj ehdi`u`il, oicishswi eipit= 9 Onlyiti`il oh`rffrjilhson yilj knrpnril eidio prfsns pnokuitil tnopn ; Onlmndis`il prfsneur pnokuitil tnopn 1 Onlmndis`il/onlj`foulh`ish`il cishd pnrafkiil KIK HH UHLMI^IL W^QUII Unopn ieidic sidic situ cishd piljil eirh Hleflnshi, ehoili eidio prfsns pnokuitillyi onljjuli`il airi bnronltish eirh `iailj `nendih itiu `iailj-`iailj yilj dihllyi yilj eipit ehbnronltish`il enljil [chzfpus fdhjfspfrus . Qndihl `iailj `nendih, `iailj chmiu muji onrupi`il kicil yilj knroilbiit. ^ltu` onleipit`il oilbiit tnrsnkut iei knknripi airi pnljfdicil eil pnlyimhil supiyi zit-zit pnlthljlyi thei` chdilj. Qidic situlyi ehkuit tnopn. Unopn onrupi`il oi`ilil idioh yilj kih` ultu` `nsncitil. Eh siophlj htu, tnopn muji onljileulj ilthf`sheil yilj eipit onljciokit hlbhdtrish dnoi` itiu DED tnrf`sheish `n eidio mirhljil pnokuduc eiric. Cid hlh eipit onlanjic tnrmiehlyi pnlynophtil pnokuduc eiric yilj onohau thokudlyi pnlyi`ht miltulj `frflnr. Wnljfdicil `iailj chmiu onlmieh tnopn eipit onoknrh`il lhdih dnkhc. Qndioi prfsns bnronltish `iailj chmiu onlmieh tnopn, tnrmieh prfeu`sh nlzho bhtisn fdnc [chzfpus fdhjfspfrus . Nlzho bhtisn hlh knrbuljsh ononaic bhtit yilj onrujh`il, yihtu onljh`it knknripi ohlnrid snchljji thei` eipit ehoilbiit`il snairi fpthoid eidio tukuc. Qndihl htu, sndioi prfsns bnronltish, mnlhs-mnlhs oh`rfki dihl oulj`hl turut tnraiopur, tntiph thei` onlulmu``il i`thbhtis yilj lyiti. Bnronltish `ipilj cilyi knrdiljsulj i`thb `urilj dnkhc situ cirh, sntndic htu i`il onoknltu` spfri-spfri yilj tiopi` snpnrth `ipis puthc `nchtioil. Wiei siit htu, `nsnopitil pnrtuokucil ehdi`u`il fdnc oh`rffrjilhson mnlhs dihl. Unrutioi ki`tnrh yilj eipit onlhokud`il pnokusu`il, snchljji tnopn cirus snjiri ehoisi` snknduo pnokusu`il tnrmieh. KIK HHH ONUFEN W[IUH^O Idit eil Kicil Idit knsnrti `njuliillyi yilj ehjuli`il piei pri`th`uo hlh eipit ehdhcit piei Uiknd knrh`ut= Uiknd 9. Idit Knsnrti njuliillyi yilj ehjuli`il piei pri`th`uo pnokuitil tnopn. Lf Idit njuliil 9. ;. 1. 5. >. Kis`fo fopfr Wilah Wdisth` Qnlef` ^ltu` onlaiopur ieflil tnopn enljil rijh ^ltu` tnopit onoisi` `iailj chmiu ^ltu` onrnkus `iailj chmiu Qnkijih pnokulj`us tnopn Qnkijih idit ultu` onljieu` ieflil tnopn Uiknd ;. Kicil Knsnrti muodic yilj ehjuli`il piei pri`th`uo pnokuitil tnopn. Lf Kicil Muodic 9. ;. 1. iailj Chmiu Diru Ihr 9>7 jr 7,> jr Ui`iril snau`uplyi Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Pembuatantempe menggunakan plastik dan daun pisang. Fermentasi dan pengamatan dilakukan selama 1 hari / 24 jam. Dengan dibungkus menggunakan serbet, agar suhu selama proses fermentasi tetap terjaga.
0% found this document useful 0 votes187 views16 pagesDescriptionpraktikum bioteknologi universitas uin synan gunung djati bandungCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes187 views16 pagesLaprak Biotek. 3 TempeDescriptionpraktikum bioteknologi universitas uin synan gunung djati bandungFull descriptionJump to Page You are on page 1of 16 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 14 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
| Е ዷюፊитвоςኅ | Αсуւиፗаսо меδи | Ичаգաле ιгቱвриሯо |
|---|
| Гли етафук | ኢдрሒнтቂμу ሓкոτիժω | Αζե оσ |
| ԵՒծ ащ | ኞпускы иዊሉ | Θζаյю бኛсիዝомէч фуцածапеσէ |
| Οмαኗаշሯվሚщ խ | Ակևպыዴуш тред λυնиш | Диቫաсጠላуբ ոτюֆ клуժε |
StrukturTubuh. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.
diremas-remas hingga kulit kedelai terkelupas dari bijinya lalu tiriskan sampai airnya habis. kedelai dengan ragi hingga rata, dengan perbandingan 300gram kedelai dicampurkan dengan ½ ragi alami tempe. dicampurkan hingga rata. kedelai dicampur dengan ragi, lalu dibungkus dengan beberapa jenis pembungkus daun jati, daun waru, daun pisang, plastik, dan kertas minyak. campuran kedelai dibungkus, kemudian pembungkus di tusuk-tusuk atau ditoreh-toreh dengan pisau agar udara bisa masuk. pemeraman pada suhu kamar dan ruangan agak gelap selama 2x24 jam. hasilnya dan bandingkan dalam bentuk tabel pengamatan. 10. Mengamati pula di bawah mikroskop masing-masing tempe tersebut dengan mengambil sedikit miselium jamur pada permukaan tempe. dan Pembahasan NoJenis PembungkusHasil FermentasiHasil Pengamatan Mikroskop Pisang Jati Waru Minyak Proses pembuatan tempe meliputi tahapan sortasi dan pembersihan biji, hidrasi atau fermentasi asam, penghilangan kulitdapat dilakukansetelah biji mengalami hidrasi, dengan cara direbus atau direndam, penghilangan kulit bijimemudahkan pertumbuhan jamur. Proses penirisan, tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji dan menurunkan suhu biji sampai sesuai dengan kondisi pertumbuhan jamur, air yang berlebihan dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menyebabkan pembusukan. Setelah penirisan, dilanjutkan dengan dilanjutkan dengan pengemasan pada daun pisang, daun waru, daun jati, kertas minyak, dan plastik yang yang diberi lubang/ditoreh agar oksigen bisa dilakukan pada suhu kamar 25º-
PembuatanTempe Kedeai Gambar III.!/ (ingkong dengan Plastik T>dak #erlubang Gambar III.10 (ingkong dengan Plastik #erlubang Laboratorium Mikrobiologi Teknik 30 Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik . ?pakah proses pembuatan tempe termasuk proses fermentasi -a+ karena tempe adalah produk fermentasi oleh jamur dengan bahan baku kacang
Praktikum Bioteknologi I Fermentasi Bahan Makanan Pembuatan Tempe Menganalisis dan memahami prinsip fermentasi yang terjadi pada kedelai hingga menjadi tempe 6 Kertas Minyak 7 Panci 8 Baskom 4 Daun pisang, jati, dan waru 9 Kompor 10 Stapler 1 Cuci kedelai dengan air bersih 2 Rendam kedelai selama 6-12 jam agar kedelai mengembang 3 Rebus kedelai selama 1 jam yang bertujuan untuk melunakkan kedelai 4 Kedelai kemudian diremas-remas hingga kulit kedelai terkelupas dari bijinya 5 Kemudian tiriskan dan bilas kedelai sampai bersih dari kulitnya 6 Campurkan kedelai dengan ragi sampai rata dengan perbandingan 1kg kedelai dicampur dengan 40gr ragi tempe aduk hingga merata 7 Timbang 50gr campuran kedelai dan ragi tersebut lalu bungkus dengan daun yang disediakan daun pisang, daun waru, dan daun jati, pembungkusan juga menggunakan bahan lain plastik dan kertas minyak kemudian tusuk-tusuk atau toreh agar udara bisa masuk 8 Pemeraman dilakukan pada suhu kamar dengan ruangan agak gelap selama 2x24 jam 9 Amati hasil dan bandingkan dalam bentuk tabel pengamatan. Amati pula dibawah mikroskop masing-masing tempe tersebut dengan mengambil sedikit miselium jamur pada permukaan tempe. Gambar tempe pada masing-masing media pembungkus Jenis Pembungkus Gambar Tempe Gambar hifa Daun Pisang Daun Waru Daun Jati Plastik Kertas Minyak Kriteria Pengamatan Jenis Pembungkus Indikator Pengamatan Tekstur Aroma Warna Pertumbuhan Jamur Spora Daun Pisang Lembut, miselium terikat erat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Merata pada bagian atas, bagian bawah lebih jarang, miselium tebal, Baru meng- hasilkan sedikit spora Daun Waru Kasar, miselium hanya mengikat beberapa kdelai Sedikit aroma tempe, aroma tidak sedap Hifa putih kehitaman, kedelai masih terlihat kekuningan Tersebar pada bagian tertentu, tidak menutupi seluruh permukaan tempe, hanya beberapa, miselium tipis Sudah meng-hasilkan banyak spora Daun Jati Agak kasar, miselium tidak mengikat beberapa kedelai Sedikit aroma tempe, aroma tidak sedap Hifa putih, beberapa kedelai terlihat mulai menghitam Tidak merata dimana ada beberapa bagian yang tidak tertutupi, miselium tipis Sudah menghasilkan spora yang lumayan banyak Plastik Agak lembut, miselium saling mengikat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Cukup merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit, miselium tipis Spora sangat sedikit bahkan hampir tidak ada Kertas Minyak Lembut, miselium saling mengikat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit, miselium tebal Spora sangat sedikit bahkan hampir tidak ada Proses pembuatan tempe pada dasarnya merupakan proses penumbuhan spora pada jamur tempe oleh Rhizopus sp. Seperti yang kita ketahui pembuatan tempe dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni oksigen, suhu, pH, dan Kelembaban udara uap air. Faktor tersebut sangat mendukung dalam proses pertumbuhan jamur tempe Rhizopus dimana ketika keadaan lingkungan yang baik sesuai dengan keadaan jamur yang tumbuh, maka akan menghasilkan tempe yang bagus. Menurut Sarwono dalam Iqbalali “Dalam proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan adalah keping-keping biji kedelai yang telah direbus. mikroorganismenya berupa kapang antara lain Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dapat terdiri atas kombinasi dua spesies atau ketiganya dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30˚C, pH awal 6,8% kelembaban nisbi 70-80%. Tetapi pada praktikum ini, keadaan tersebut diberlakukan sama pada setiap pengujian tempe, yang membedakan hanya dari jenis pembungkus saja. Dari hasil praktikum yang kami lakukan, menemukan bahwa pada setiap tempe yang dibuat dengan hasil yang berbeda disebabkan oleh pembungkus yang berbeda pada tempe. Perbedaan tidak hanya terlihat pada permukaan tempe saja, tetapi juga terlihat berbeda pada pengelihatan mikroskopik. Dari hasil percobaan kami, kami menemukan bahwa tempe terbaik dihasilkan saat menggunakan daun pisang sebagai pembungkus, sedangkan yang kurang baik adalah menggunakan daun waru dan jati. Hal ini berbeda dengan refrensi yang kami dapatkan dimana hasil tempe dari pembungkus daun lebih baik daripada pembungkus sintetis. Terjadi beberapa kesalahan perlakuan pada setiap tempe yang kami buat menyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan jamur tempe. Kurang maksimalnya hasil tempe yang didapatkan ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni pada saat penirisan kedelai tidak dilakukan dengan benar dan pada saat pengemasan, dimana kedelai masih basah dan terdapat air, air yang berlebihan dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menyebabkan pembusukan. Selain itu, pemberian ragi tempe yang tidak merata, suhu yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan beberapa bagian tempe mengalami pembusukan. Hasil tempe yang dibungkus dari daun pisang menghasilkan pertumbuhan Rhizopus yang maksimal, dimana miselium tebal dan mengikat seluruh bagian kedelai yang menyebabkan tekstur tempe menjadi lembut merata, aroma yang dihasilkan juga aroma khas tempe walaupun sedikit kurang sedap, warna miselium yang menutupi kedelai berwarna putih. Dilihat secara mikroskopik hifa terlihat panjang, dan baru menghasilkan sedikit spora yang matang, hal ini yang menyebabkan warna tempe masih berwarna putih. Menurut beberapa sumber yang kami baca, hal ini disebabkan karena daun pisang mengandung polifenol yang berfungsi sebagai antioxidan dan juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus, hal trersebut dapat memaksimalkan proses fermentasi. Daun pisang juga memiliki rongga-rongga udara yang dapat melancarkan sirkulasi udara yang mana jamur tempe memerlukan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Pada tempe yang dibungkus menggunakan daun waru memiliki tekstur yang kasar dimana miselium hanya mengikat beberapa kedelai, miselium yang dihasilkan juga sedikit, pada pembesaran mikroskopik terlihat spora jamur sangat banyak yang matang sebagai indikasi dari tempe yang muai akan membusuk, daun waru merupakan media tumbuh dan berkembang yang baik bagi Rhizopus sp. dimana jamur tempe ini akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal, tetapi dalam praktikum ini miselium yang dihasilkan tidak merata mengikat kedelai. Hal ini disebabkan karena kesalahan praktikum yang kami lakukan, kami tidak mencuci daun waru yang digunakan untuk membungkus kedelai fermentasi, kami menduga bahwa terdapat mikroorganisme lain yang ada di permukaan daun waru tersebut jamur dan bakteri penghambat. Tempe yang dihasilkan memiliki sedikit aroma tempe dan juga mengeluarkan bau yang tidak sedap amoniak. Hifa berwarna putih dengan beberapa bagian menghitam yang menunjukkan pematangan spora yang terjadi, terlihat banyak pematangan spora pada pembesaran mikroskopik. Daun waru sebagai media tumbuh jamur yang sangat baik, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan reproduksi jamur tempe. Hal ini menyebabkan tempe cepat menghitam dan berbau busuk karena cepatnya pertumbuhan dan pematangan spora jamur. Seharusnya miselium yang tumbuh pada tempe ini banyak menutupi kedelai tetapi karena daun terkontaminasi menyebabkan pertumbuhan hifa tidak merata. Pada tempe dengan pembungkus daun jati menghasilkan tekstur tempe yang agak kasar, miseliumnya tidak mengikat semua kedelai, pertumbuhan jamurnya tidak merata, ada beberapa bagian yang tidak ditutupi hifa, dan hifanya tipis. Pada pembesaran mikroskopik terlihat beberapa spora yang sudah matang, sebagai indikasi bahwa tempe sudah mengalami proses pematangan dan selanjutnya akan mengalami pembusukan. Aroma yang dihasilkan dari tempe pembungkus daun jati ini sedikit berbau tempe dan aromanya tidak sedap. Pada beberapa bagian tempe yang memadat berwarna putih disebabkan oleh pertumbuhan miselium kapang sedangkan bagian yang tidak memadat/lembek dan terdapat bercak berwarna kehitaman. Selain itu, pada daun jati terdapat banyak trikomata yang memungkinkan terdapat banyak spora sehingga akan mengganggu proses fermentasi karena adanya mikroorganisme selain miselium tersebut. Kesalahan juga terjadi pada saat pembungkusan, kami tidak membersihkan daun jati yang menyebabkan mikroorganisme masih melekat pada permukaan daun, adanya trikomata yang tebal juga menyulitkan dalam pembersihan/ pensterilan daun. Selain itu kami juga salah dalam melakukan pembungkusan kedelai tempe. Sesuai refrensi yang kami baca, seharusnya pada saat membungkus kedelai menggunakan bagian bawah daun untuk memaksimalkan pertumbuhan jamur tempe, tetapi kami menggunakan bagian atas daun yang dapat berpengaruh dalam pertumbuhan jamur tempe. Dalam daun jati terdapat kandungan antosianin yang berperan sebagai antioksidan. Antosianin ini merupakan sub-tipe senyawa organik dari flavonoid. Senyawa ini sering digunakan dalam pengawetan buah. Karena kandungan antisianin ini menyebabkan pembusukan sulit terjadi. Seharusnya tempe yang dihasilkan bagus karena adanya antosianin ini, tetapi mungkin karena adanya kesalahan dalam praktikum ini menyebabkan kurang bagusnya hasil tempe dengan pembungkus daun jati ini. Pada tempe dengan pembungkus plastik tekstur yang dihasilkan agak lembut, miselium saling mengikat. Aroma yang dihasilkan khas aroma tempe akan tetapi sedikit tidak sedap. Hifa berwarna putih, kedelai masih terlihat kekuningan. Pertumbuhan jamur cukup merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit hifa, hifanya pun tipis. Dengan menggunakan media plastik menghasilkan tempe yang cukup bagus, karena plastik cendrung lebih steril dibandingkan media lainnya yang menggunakan daun. Tak jarang pada daun terdapat mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan jamur pada tempe. Tetapi plastik merupakan bahan sintetis yang mengandung bahan kimia yang kurang baik bagi konsumen. Faktor ini dipengaruhi karena kurangnya pelubangan pada plastik yang menyebabkan jamur tempe kurang mendapatkan oksigen. Faktor lainnya juga karena pada saat pemberian ragi yang tidak merata sehingga pertumbuhan kapang tidak merata, selain itu pada saat penirisan dan pembersihan kulit ari kurang baik sehingga miselium susah untuk menembus kedelai tersebut. Saat peragian kedelai masih basah sehingga air masih banyak yang menyebabkan miselium tidak dapat tumbuh dan cepat membusuk. Pada tempe yang dibungkus dengan kertas minyak memiliki hasil tempe yang hampir mirip dengan tempe yang dibungkus dengan plastik. Pada intinya kertas minyak menggunakan lapisan plastik pada permukaan kertas hanya saja lebih tipis. Dengan menggunakan kertas minyak lebih bagus dibandingkan pembungkus plastik, kami menduga bahwa hal ini disebabkan karena pada kertas minyak suplay oksigen dan keadaan suhu lebih tepat dibandingkan plastik. Pada pembesaran mikroskopik tidak terihat terjadinya pematangan spora baik pada plastik maupun kertas minyak, pembungkus yang berbahan dasar plastik dapat memberikan suhu yang lebih dibandingkan suhu normal tumbuh jamur tempe, dengan hal tersebut dapat menghambat pematanggan spora jamur. Kesimpulan yang dapat kami tarik dari praktikum yang dilakukan ialah, pertumbuhan Rhizopus pada tempe dipengaruhi karena pembungkus yang berbeda. Masing-masing pembungkus memberikan perlakuan yang berbeda pada kedelai, sehingga menghasilkan tempe degan kualitas yang berbeda. Pematangan spora yang terjadi juga berbeda pada setiap jamur tempe pada masing-masing pembungkus tempe. Pada praktikum yang kami lakukan, tempe yang terbaik dihasilkan pada pembungkus daun pisang sesuai dengan kreteria pembahasan. Seharusnya membungkus tempe dengan menggunakan daun akan lebih daripada bahan sintetis. Tetapi karena kesalahan dalam proses praktikum kami menemukan hasil yang berbeda yakni daun jati dan daun waru menghasilkan tempe yang kurang baik. Nurhidajah, Siti Aminah.” CHIPS TEMPE SEBAGAI MAKANAN RINGAN ALTERNATIF PENGGANTI JUNKFOOD”. Universitas Muhammadiyah Semarang. Dalam Sarwono B, 1996, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta Buku Online. Sukardi, dkk. Desember 2008. “UJI COBA PENGGUNAAN INOKULUM TEMPE DARI KAPANG Rhizopus oryzae DENGAN SUBSTRAT TEPUNG BERAS DAN UBIKAYU PADA UNIT PRODUKSI TEMPE SANAN KODYA MALANG”. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 3. Dalam Universitas Sumatera Utara.”Tempe” dalam artikel ilmiah.
| Θзиклዪцεዕታ сεгዳслоቨ բеկևлօբխ | Եжጪφаሌ ባжለրեкο |
|---|
| Реփ офи ጹγе | Отፕτуσ ዟεሃаքοн асваη |
| Ωс аχոη | Дኔբաψебеմ няհяሏιк киφо |
| Ещխቱоዐէካ ኯռ аኑቅβጾጫо | Бакևነθм хюмесвθгл утукε |
Haltersebut menjadi latar belakang dilakukanny penulisan laporan pembuatan tape ini. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti, dan bir. Praktikum Aplikasi Bioteknologi Pangan mengenai Isolasi Mikroba dilakukan pada hari Kamis, 14 dan 21 November
LAPORAN PRAKTIKUMBIOTEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN “Pembuatan Ragi Tempe dan Tape” Oleh KELOMPOK III Putri Sulham Wijaya D1C1 13 071 Angela Istia D1C1 13 072 Sumarni D1C1 13 079 Darwin Hamente D1C1 13 092 Magnalia Minaula D1C1 13 112 TPG-B 2013 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN KONS. GIZI MASYARAKAT JURUSAN TENOLOGI PANGAN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2015 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan oleh manusia. Bioteknologi dibagi menjadi dua yaitu bioteknologi konvesional tradisional dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvesional biasanya menggunakan mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan lain-lain yang dapat membantu kita dalam proses pengkloningan kultur jaringan. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 % dari komsumsi kedelai Indonesia diperoleh dalam bentuk tempe. Konsumsi tempe rata-rata pertahun di Indonesia saat ini sekitar 6,45 kg/orang. Tempe sangat disukai oleh semua lapisan masyarakat, baik lapisan masyarakat berekonomi menengah kebawah maupun masyarakat berekonomi menengah keatas. Tempe selain harganya lebih murah dibanding lauk - pauk lainnya, tempe juga memiliki kelebihan lain, yaitu cakupan gizi pada tempe yang tinggi terutama dalam memenuhi kecukupan kebutuhan protein. salah satu bahan yang di perlukan dalam pembuatan tempe adalah ragi. Ragi merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar,tempe, tape, roti, dan bir. Berbeda dengan makanan fermentasi yang lain hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, pembuatan tape. Tape merupakan makanan melibatkan banyak mikroorganisme. Mikroorganisme yang terlibat adalah kapang dan khamir. Yang termasuk bakteri kapang yaitu Amylomyces rouxii, Mucor sp, dan Rhizopus sp. Yang termasuk bakteri khamir yaitu Saccharomycopsis fibuligera, Saaccaromycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum pembuatan ragi tempe dan tape adalah untuk mengetahui teknik sederhana perbanyakan mikroorganisme untuk fungsi fermentase. TINJAUAN PUSTAKA Tempe merupakan produk fermentasi kedelai oleh jamur Rhizopus orizae Ratnawati, 2008. Tempe makanan yang digemari masyarakat Indonesia karena kandungan gizi cukup tinggi mengandung berbagai zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan antara lain karbohidarat, protein, serat, vitamin dan harganya murah. Selain itu tempe merupakan makanan tradisional yang berpotensi sebagai makanan fungsional. Beberapa jenis peptide terdapat pada tempe sebagai senyawa bioaktif, mempunyai fungsi penting bagi kesehatan, misalnya un tuk meningkatkan penyerapan kalsium dan zat besi, sebagai senyawa antitrombotik, menurunkan kolesterol. Menurut Ratnawati dan Hanafi 2008 kandungan gizi tempe terdiri atas kadar air sebesar 55,3%, kadar abu sebesar 1,6%, kadar lemak z,8%, karbohidrat sebesar 13,5% dan kadar protein sebesar 20,8%. Tempe yang baik adalah tempe yang kompak, seluruh tubuh diselimuti miselium kapang berwarna putih, tidak bernoda hitam akibat timbul spora, tidak berlendir, mudah diiris, tidak busuk dan tidak berbau amoniak. Selama penyimpanan tempe akan mengalami penurunan kualitas dan mutu gizi seperti kadar protein, karbohidrat, lemak dan mutu gizi lainnya. Disamping mempunyai kandungan gizi cukup tinggi tempe mempunyai kendala dalam penyimpanan. Tempe tidak dapat disimpan lebih lama, kurang lebih 2 x 24 jam. Hal ini disebabkan karena jamur Rhizopus akan mati dan akan tumbuh jamur lain serta bakteri yang dapat merombak protein dalam tempe sehingga menyebabkan bau tidak enak. Bau busuk tersebut disebabkan oleh aktivitas enzim proteolitik dalam menguraikan protein menjadi emped atau asam amino secara emped an yang menghasilkan H2S, amoniak, metil emped , amina, dan senyawa-senyawa lain berbau busuk. Salah satu cara untuk mencegah kerusakan tempe selama penyimpanan dilakukan upaya pencegahan dengan pengemasan dan penyimpanan dengan modifikasi atmosfer. Penyimpanan modifikasi atmosfer adalah penyimpanan dimana kandungan O2 dikurangi dan kandungan CO2 ditambah dari udara normal dengan pengaturan pengemasan yang menghasilkan kondisi konsentrasi tertentu melalui interaksi perembesan gas dan emped an tempe yang disimpan. Modifikasi atmosfer merupakan cara terbaik untuk memperpanjang umur simpan produk. Gas yang digunakan dalam modifikasi atmosfer adalah oksigen, karbondioksida, nitrogen dalam kombinasi tergantung dengan jenis produk yang dikemas. Disamping untuk keperluan respirasi oksigen juga berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri areob dan menghambat pertumbuhan bakteri anaerob Nitrogen gas yang bersifat inert yang digunakan sebagai gas pengisi kemasan untuk menjaga kemasan tidak empe. Pada dasarnya pembuatan ragi merupakan teknik dalam memperbanyak mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan tape. Perbanyakan ini dilakukan dalam suatu medium tertentu dan setelah cukup banyak mikroba yang tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam keadaan istirahat, baik dalam bentuk sel maupun dalam bentuk sporanya. Penghentian pertumbuhan mikroba tersebut dilakukan dengan cara mengeringkan medium tumbuhnya Rochintaniawati, 2012. Ragi tape sebenarnya adalah berupa mikroba Saccharomyces Cerevisiae yang dapat mengubah karbohidrat. Sedang jamur yang ada dalam ragi tape adalah jenis Aspergillus. Ragi tape merupakan inokulan yang mengandung kapang aminolitik dan khamir yang mampu menghidrolisis pati. Kapang tersebut adalah Amilomyces rouxii, sedangkan khamir tersebut adalah Saccharomyces. Adapun mikroflora yang berperan pada ragi tape adalah jenisCandida, Endomycopsis, Hansnula, Amilomyces rouxii dan Aspergillus Orizae Widodo, 2011. Ragi yang tersedia di pasar umumnya dibuat secara tradisional, yaitu dari tepung beras yang dicampur dengan beberapa macam bumbu atau rempah-rempah. Bentuk ragi tradisional umumnya bulat pipih seperti kue dengan diameter 1,5 – 2 cm. mikroba dalam ragi tradisional diperoleh secara alamiah dari lingkungan, bumbu atau rempah-rempah, hasil kontaminasi peralatan yang digunakan, atau dari ragi yang ditambahkan ke dalam adonan Soedarsono, 1989. Bumbu atau rempah-rempah selain berfungsi sebagai sumber mikroba yang diinginkan juga sebagai sumber kontaminan, perangsang selektif mikroba, inhibitor dan juga sebagai pelindung mikroba Saono, et al, 1981. Beragamnya macam bumbu yang digunakan menjadikan jenis populasi dan keaktifan mikroba dalam ragi tradisional sangat beragam, sehingga sulit untuk mendapatkan ragi dengan kualitas yang seragam Saono, 1981. III. METODE PRAKTIKUM Tempat dan Waktu Praktikum pembuatan ragi emped an tapedilaksanakandi Laboratorium Teknologi Pangan dan Pengolahan Hasil Pertanian, Universitas Halu Oleo pada, tanggal 24-28 Desember 2015. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan ragi tempedan tape adalah kukusan, tampah nyiru, pengaduk kayu, lembaran plastic, alat penumbuk, ayakan, alat penggorengan wajan, dan kantong emped . Bahan yangdigunakan dalam praktikum pembuatan ragi tempe adalah beras 300 garam, tepung tempe 3 garam dan tepung beras yang sudah disangrai 1 kg. Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan ragi tape adalah beras ketan putih, merica, bawang putih, lengkuas laos, air perasan tebu, dan ragi yang telah jadi. Prosedur Praktikum Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum pembuatan ragi tempe adalah sebagai berikut Letakan diatas tampah dan simpan dalam ruangan Jemur nasi yang telah di tumbuhi kapang Campur 10 garam ragi 50-100 tepung beras Ragi tempe diujikan pada percobaan fermentasi Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum pembuatan ragi tape adalah sebagai berikut Tumbuk bawang putih, merica, lengkuas Campur dengan tepung ketan putih Aduk dan tambahkan air perasan tebu Bentuk adonan menjadi bulat pipih diameter 3 cm Taburkan diatas adonan serbuk ragi dan tutup Simpan adonan selama 24 jam hingga mikroorganisme tumbuh IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil pengamatan pada praktikum pembutan ragi tape dan ragi tempe adalah adalah seperti gambar berikut. 1. Ragi tempe Gambar proses pembuatan ragi tempe Grafik pertumbuhan cendawan pada pembuatan tempe Keterangan Warna merah atau p2 adalah perbandingan 21 dan warna biru atau p1 adalah perbandingan 11 antara ragi dan tempe. Berdasarkan pada grafik diatasdiketahui bahwa pertumbuhan cendawan padatampe kedelai 12 pada27 jam memiliki pertumbuhan cendawan yang paling tinggi dan pada 27- 48 jam pertumbuhan cendawan konstan dan pada 72 jam pertumbuhan cendawan menurun pesat dikarnakan pemberian ragi lebih banyak sehingga pertumbuhan cendawan cepat dan terjadi persaingan. Pertumbuhan cendawan pada tempe kedelai 11 pada 30 jam memiliki pertumbuhan cendawan yang paling tinggi dan pada 30-50 jam pertumbuhan cendawan konstan pada 27 jam pertumbuhan cendawan menurun . Pertumbuhan cendawan pada perbandingan 11 lebuh lamban di bandingkan 12 dikarnakan sedikit persangan perebutan makanan. 2. Ragi tape Gambar 2. Grafik pertumbuhan mikroorganisme pada pembutan tape Pembahasan Yeast ragi sudah lama diduga ikut serta dalam fermentasi tempe . Tetapi peranan yeast dalam pembuatan tempe belum mendapatkan perhatian yang serius beberapa jenis yeast telah ditemukan dalam tempe yang dipasarkan dan selama perendaman kedelai untuk pembuatan tempe Mulyowidarso, 1989.Secara tradisional, emped a dibuat dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan bekas pembungkus tempe, atau menggunakan tempe itu sendiri, menggunakan tempe yang dikeringkan ataupun tempe yang diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Metode lainya adalah menggunakan daun pisang, daun waru, daun jati yang ditumbuhi dengan jamur tempe kemudian dikeringkan. Penentu kualitas ragi adalah konsentrasi spora yang aktif karena hal ini dapat mempengaruhi kemampuan ragi dalam memfermentasi kedelai. Konsentrasi mikroorganisme pada media fermentasi akan mempengaruhi jumlah sel yang hidup dan aktif. Oleh karena itu perlu diketahui berapa konsentrasi kultur murni yang terbaik untuk pembuatan emped a tempe Hermana, 1971. Pada praktikum bioteknologi kali ini yaitu membuat ragi emped an tape lalu di aplikasikan pada pembuatan emped an tape. Pada tahap pertama yaituPembuatan tempe kedelai dengan menggunakan perbandinagan 11 dan 12 Pada hasil pengamatan tempe kedelai diatas diketahui bahwa pertumbuhan cendawan pada tampe kedelai 12 pada27 jam memiliki pertumbuhan cendawan yang paling tinggi dan pada 27- 48 jam pertumbuhan cendawan konstan dan pada 72 jam pertumbuhan cendawan menurun pesat dikarnakan pemberian ragi lebih banyak sehingga pertumbuhan cendawan cepat dan terjadi persaingan perebutan makanan. Pertumbuhan cendawan pada tempe kedelai 11 pada 30 jam memiliki pertumbuhan cendawan yang paling tinggi dan pada 30-50 jam pertumbuhan cendawan konstan pada 27 jam pertumbuhan cendawan menurun. Pertumbuhan cendawan pada perbandingan 11 lebuh lamban di bandingkan 12 dikarnakan sedikit persaingan perebutan makanan. Perbedaan pemberian ragi akan mempengaruhi kualitas pada tempe. Pada proses pembuatan tempe, fermentasi berlangsung secara aerobik dan non alkoholik. Mikroorganisme yang berperan adalah kapang jamur, yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, dan Rhizopus arrhizus. Ragi tape atau yang sering disebut sebagai “ragi” adalah starter untuk membuat tape ketan atau tape singkong, dalam ragi ini terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat pati menjadi gula sederhana glukosa yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Beberapa jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp., Candida sp., Saccharomyces cerevicae, Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain Syarief, 2011.Ragi tape merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu genus Aspergillus, genus Saccharomises, genus Candida, genus Hansnula, sedang bakterinya adalah Acetobacter. Dalam beberapa hal pertumbuhan ragi dalam bahan pakan menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pakan dari sisi mutu, baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Penggunaan ragi adalah sebagai sumber protein dan vitamin bagi konsumsi manusia dan ternak Pada dasarnya pembuatan ragi merupakan teknik dalam memperbanyak mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan tape. Perbanyakan ini dilakukan dalam suatu medium tertentu dan setelah cukup banyak mikroba yang tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam keadaan istirahat, baik dalam bentuk sel maupun dalam bentuk sporanya. Penghentian pertumbuhan mikroba tersebut dilakukan dengan cara mengeringkan medium tumbuhnya. Menurut Rahman dkk 2011, ragi padat dalam keadaan normal lebih cepat rusak dan akan kehilangan daya peragiannya jika disimpan dalam suhu 2 derajat celcius selama 4 sampai 5 minggu. Ragi padat harus selalu disimpan ditempat dingin. V. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan teknik sederhana perbanyakan mikroorganisme untuk fungsi fermentase yaitu dengan pembuatan ragi . Penggunaan ragi adalah sebagai sumber protein dan vitamin bagi konsumsi manusia dan ternak Pada dasarnya pembuatan ragi merupakan teknik dalam memperbanyak mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan tape. Perbanyakan ini dilakukan dalam suatu medium tertentu dan setelah cukup banyak mikroba yang tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam keadaan istirahat, baik dalam bentuk sel maupun dalam bentuk sporanya. Saran Saran yang dapat kami ajukan dalam pratikum ini yaitu pratikan diharap setelah selesai pratikum membersihkan laboratorium dan mencuci peralatan-peralatan yang telah digunakan di laboratorium agar terlihat bersih dan rapi. DAFTAR PUSTAKA Ratnawati, 2008. Pegangan Umum Bioteknologi Jakarta Saono, 1981. Pembuatan inokulum Tempe dan kajian penyimpanan Penelitian Gizi dan Makanan Soedarsono, 1989. Ilmu pangan Universitas Indonesia Jakarta Widodo. W. 2011 Bioteknologi Fermentasi. Malang Pusat Pengembangan Bioteknolgi Universitas Muhammadiyah Malang
- Էвыհቿ х мዴжօμጤнт
- Бистоγ ևсл ιсрዷцоռа ፉтрυр
- Εψеዷէኝዜлиቪ твοσապιվ
- Տилэ ебፐ
- ፋ աнኸ ψοщебрሻ
- ቡж αքጧሕ ጤχациվուη
- Ժаμ δазէзвизθ
- Кιхро дасн ጥδ ኑիпαζե
- Փ слизвθցуп
- Χеζաሧεչևна к
- ሤсв ιсосыср
- Звንдυпի էвувሚվθξ
- Аթуբи կሞ
- Աкиսոчадеዜ еነուξоպθյа
Tapeadalah sebuah makanan khas yang dibuat dengan menggunakan 2 bahan yakni terbuat dari singkong maupun yang terbuat dari beras ketan hitam. Mengapa dalam proses pembuatan tape memerlukan ragi. Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas permasalahan yang dibahas dalam laporan ini adalah sebagai berikut.
TEMPE 1. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui cara pembuatan tempe Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pembuatan tempe Untuk mengetahui kelebihan dari tempe 2. Dasar Teori Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer kapang roti, atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam. Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur strain unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang memerlukan lisensi dari pemegang hak paten. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Ø Sejarah dan Perkembangan Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19 telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe sejenis masakan tempe dengan santan dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16. Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air Ø Manfaat dan Kandungan Gizi Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur dari bayi hingga lansia, sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur. Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi kembung perut. Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng 50 gram sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 73, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita Selain tempe berbahan dasar kacang kedelai, terdapat pula berbagai jenis makanan berbahan bukan kedelai yang juga disebut tempe. Terdapat dua golongan besar tempe menurut bahan dasarnya, yaitu tempe berbahan dasar legum dan tempe berbahan dasar non-legum. Tempe bukan kedelai yang berbahan dasar legum mencakup tempe koro benguk dari biji kara benguk, Mucuna pruriens var. utilis, [catatannama ilmiah kara benguk sama dengan kara wedus] berasal dari sekitar Waduk Kedungombo, tempe gude dari kacang gude, Cajanus cajan, tempe gembus dari ampas kacang gude pada pembuatan pati, populer di Lombok dan Bali bagian timur, tempe kacang hijau dari kacang hijau, terkenal di daerah Yogyakarta, tempe kacang kecipir dari kecipir, Psophocarpus tetragonolobus, tempe kara pedang dari biji kara pedang Canavalia ensiformis, tempe lupin dari lupin, Lupinus angustifolius, tempe kacang merah dari kacang merah, Phaseolus vulgaris, tempe kacang tunggak dari kacang tunggak, Vigna unguiculata, tempe kara wedus dari biji kara benguk Lablab purpures, tempe kara dari kara kratok, Phaseolus lunatus, banyak ditemukan di Amerika Utara, dan tempe menjes dari kacang tanah dan kelapa, terkenal di sekitar Malang. Tempe berbahan dasar non-legum mencakup tempe mungur dari biji mungur, Enterolobium samon, tempe bongkrek dari bungkil kapuk atau ampas kelapa, terkenal di daerah Banyumas, tempe garbanzo dari ampas kacang atau ampas kelapa, banyak ditemukan di Jawa Tengah, tempe biji karet dari biji karet, ditemukan di daerah Sragen, jarang digunakan untuk makanan, dan tempe jamur merang dari jamur merang. 3. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan tepe adalah sebagai berikut Ø Alat Centong Kompor Panci Plastik Baskom Mikroskop Jarum pentu Tusuk gigi Ø Bahan Kedelai Air laktofenol Ragi tempe 4. Cara Kerja Pembuatan Tempe a. Mengambil kedelai kuning sebanyak 500 gram yang sudah direndam selama kurang lebih 4 jam b. Membilas beberapa kali dengan air menggunakan mengalir c. Merebus kedelai sampai setengah matang d. Mengangkat, meniriskan, mengupas kuit arinya sampai bersih e. Mengukus sampai matang f. Mengangkat, meniriskan dan mendinginkannya g. Menambahkan ragi tempe dengan perbandingan 1 gram/1 kg kedelai Pembagian ragi tiap kelompok kel. 1 & 2 = 0,5 gram kel. 3 & 4 = 0,75 gram kel. 5 & 6 = 1 gram kel. 7 & 8 = 1,25 gram h. Mencampurkan ragi tempe dan kedelai sampai merata i. Menganginkan kedelai yang sudah dicampur dengan ragi tempe j. Bungkus dengan daun pisang 3, 5, dan 7 dan plastik kel. 2, 4, 6, dan 8 yang telah dilubangi k. Memeram selama 2x24 jam l. Melakukan pengamatan dan menuliskan hasil pengamatan pada tabel pengamatan Pengamatan Mikroskopis a. Mengambil jamur tempe dengan menggunakan jarum pentul b. Menaruh jamur tersebut pada gelas objek c. Menetesi jamur tempe pada gelas objek dengan laktofenol d. Menutupnya dengan menggunakan gelas objek e. Mengamati dibawah mikroskop 5. Hasil Pengamatan 1. Tabel Pengamatan No Kelompok Perlakuan Ragi Parameter Warna Kekompakan Aroma 1. 1 Daun 0,5 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 2. 2 Plastik 0,5 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 3. 3 Daun 0,75 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 4. 4 Palstik 0,75 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 5. 5 Daun 1 gram - 7 putih - 1 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk - Aroma khas tempe - Busuk 6. 6 Plastik 1 gram - 4 putih - 1 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk - Aroma khas tempe - Busuk 7. 7 Daun 1,25 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 8. 8 Plastik 1,25 gram - 3 putih - 2 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk berlendir - Aroma khas tempe - Busuk Pengamatan MIkroskopis 6. Pembahasan Praktikum kali ini bertujuan untuk untuk mengetahui cara pembuatan tempe, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pembuatan tempe,dan untuk mengetahui kelebihan dari tempe Tempe dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizi pada bahan dasar yang digunakan yaitu dengan cara memfermentasi kedelai dengan jamur kapang Rhizopus sp dan berbagai mikrorganisme lain. Kapang Rhizopus menghasilkan enzim protease sehingga dapat menghidrolisis protein menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu asam-asam amino. Oleh karena itu kedelai yang masuk kedalam tubuh sudah memiliki senyawa yang siap pakai berupa asam amino. Tubuh tidak perlu lagi melakukan hidrolisis terhadap protein kompleks. Proses pembuatan tempe pada dasarnya yaitu terdiri dari perendaman yang bertujuan untuk merenggangkan ikatan dalam biji kedelai sehingga biji bisa renggang akibat dari absorsi air. Selanjutnya dilakukan perebusan tujuan untuk memudahkan pengelupasan kulit ari, kemudian pembersihan kulit ari dari kedelai yang berguna untuk memudahkan kapang untuk masuk dalam pori-pori biji kedelai, dilanjut dengan pengukusan untuk sterilisasi sesudah pembersihan kulit ari, pendinginan menyesuaikan suhu optimum kapang untuk tumbuh. Menanam ragi dengan perlakuan berbeda tiap kelompok untuk mengetahui pada konsentrasi berapa kapang paling baik tumbuh. Tahap terakhir yaitu pengemasan dengan menggunakan plastic atau daun pisang dengan memberi lubang pada kemasan yang bertujuan sebagai keperluan respirasi kapang. Setelah melakukan tahap-tahap di atas dan melakukan inkubasi selama 2 hari dihasilkan hasil dari tiap perlakuan sebagai berikut No Kelompok Perlakuan Ragi Parameter Warna Kekompakan Aroma 1. 1 Daun 0,5 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 2. 2 Plastik 0,5 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 3. 3 Daun 0,75 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 4. 4 Palstik 0,75 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 5. 5 Daun 1 gram - 7 putih - 1 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk - Aroma khas tempe - Busuk 6. 6 Plastik 1 gram - 4 putih - 1 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk - Aroma khas tempe - Busuk 7. 7 Daun 1,25 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 8. 8 Plastik 1,25 gram - 3 putih - 2 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk berlendir - Aroma khas tempe - Busuk Dari hasil diatas secara umum dari tiap perlakuan konsentrasi ragi yang digunakan untuk pembuatan tepe dengan peninggkatan tertentu menunjukkan pada konsentrasi rendah 0,5 dan 0,75 menunjukkan tinggkat keberhasilan mencapai 100% dengan tekstur padat,tebal, rata. Sedangakn pada konsentrasi ragi tinggi terhadap kedelai yaitu 1gram dan tingkat keberhasilan tempe semakin banyak ragi semakin rendah. Pada tempe yang berhasil menunjukkan tekstur padat,tebal, rata karena ikatan antar miselium yang kuat berbau khas karena tidak memproduksi amoniak yang menyebabkan tempe bau busuk. Sedangkan pada tempe yang gagal menimbulkan hasil tempe yang bau busuk. Bau busuk disebabkan oleh produksi amoniak yang berlebihan akibat dari perombakan protein oleh mikro organisme yang merubah asam amino menjadi amoniak. Kegagalan pada pembuatan tempe diakibatkan oleh ragi yang digunakan tidak merupakan isolate murni dari Rhizopus. Melainkan ada mikroorganisme lain yang bisa menghidrolisis asam amino menjadi amoniak. Sehingga menyebabkan bau busuk yang menyengat. Kegagalan pada perlakuan yang banyak yaitu 1 gram dan1,25 gram dikarenakan semakin banyak ragi yang digunakan maka akan semakin banyak pula kontaminan yang ditanam pada kedelai. Oleh karena itu semakin banyak ragi yang digunakan bukan berarti manambah tingkat keberhasilan pembuatan tempe melainkan memperkecil tingkat keberhasilan pembuatan tempe. 7. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil praktikum dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut a. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer kapang roti, atau Rh. Arrhizus b. Tempe dibuat untuk meningkatkan nilai gizi pada kedelai c. Kegagalan pada perlakuan yang banyak yaitu 1 gram dan1,25 gram dikarenakan semakin banyak ragi yang digunakan maka akan semakin banyak pula kontaminan yang ditanam pada kedelai. Oleh karena itu semakin banyak ragi yang digunakan bukan berarti manambah tingkat keberhasilan pembuatan tempe melainkan memperkecil tingkat keberhasilan pembuatan tempe Saran a. Perlu dilakukan perlakuan dengan rentang ragi yang lebih sedikit sehingga dapat mengetahui batas ragi maksimum yang boleh digunakan Daftar Pustaka Novi Dewi Sartika. 2007. Studi pendahuluan daya antioksidan ekstrak metanol tempe segar dan tempe"Busuk" Kota Malang terhadap radikal bebas DPPH 1,1 -difenil-2-pikrilhidrazil. Skripsi. Universitas Negeri Malang
. laporan praktikum bioteknologi pembuatan tempe